Saat ini pola makan yang benar telah menjadi syarat utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan, terutama untuk penyembuhan. Banyak orang yang telah mencanangkan makanan sebagai penyembuh. Demikian juga untuk mereka yang ingin menurunkan berat badan. Mengubah pola makan yang sesuai untuk menurunkan berat badan mereka adalah syarat mutlak. Di sisi lain mengubah pola makan baik untuk menyembuhkan ataupun menurunkan berat badan menjadi sulit bagi mereka karena pola makan sebelumnya telah terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan yang telah lama terbentuk.
Namun tahukah Anda bahwa mengubah kebiasaan tidaklah sesulit yang disangka oleh banyak orang? Setiap kali saya memberikan seminar maupun workshop Quantum Slimming yang menekankan tentang peranan pikiran dalam terbentuknya kebiasaan, setelah memahaminya, banyak peserta yang mampu berubah secara cepat tanpa intervensi yang mendalam. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ada proses yang bisa dilalui setiap orang untuk sebuah transformasi, mereka harus menjadi penjelajah diri sendiri melalui empat langkah berikut ini:
1. Kesungguhan niat untuk berubah
2. Memahami mekanisme terbentuknya sebuah kebiasaan
3. Menemukan kejadian yang menjadi awal (penyebab) kebiasaan
4. Memutuskan untuk tidak terpengaruhi lagi oleh penyebab tersebut
Dalam artikel ini saya akan mengupas semua langkah ini kecuali bagian pertama, karena untuk memunculkan niat, ini adalah tugas Anda sendiri. Dan perlu diketahui bahwa tanpa adanya niat ini, Anda tidak bisa melangkah ke bagian berikutnya.
Sekarang saya jelaskan bagian kedua, saya selalu memulai penjelasan tentang mekanisme terbentuknya kebiasaan ini dengan menjelaskan teori bola salju. Anda tentu sudah tahu hal yang akan terjadi jika sebuah bola salju kecil digelindingkan dari atas bukit yang lerengnya bersalju. Bola salju yang tadinya berukuran kecil ini akan menjadi berukuran raksasa saat sampai di bawah. Bola salju raksasa ini adalah hasil, sementara bola salju kecil tadi adalah awal (penyebab), lalu salju yang terhampar di sepanjang lereng adalah pembentuk.
Perhatikan ilustrasi di bawah ini:
Jika kita melihat bola salju raksasa yang paling bawah adalah hasil (digambarkan dengan tubuh gemuk), ini dibentuk oleh kebiasaan pola makan yang tidak tepat, sehingga tubuh menyimpan kelebihan makanan dalam bentuk lemak. Kebiasaan juga tidak terbentuk dalam satu hari, namun kebiasaan terus diulang oleh seseorang karena adanya aturan tidak tertulis yang harus dipatuhi.
Saya berikan contoh dari mekanisme terbentuknya kebiasaan yang dialami oleh salah seorang peserta pelatihan. Aturan yang melatarbelakangi kebiasaan yang terbentuk adalah, “Saya harus makan banyak agar tubuh saya bisa terlihat lebih berisi.” Lalu aturan ini dibentuk karena dia meyakini ada sesuatu di dalam aturan tersebut, yaitu, “Jika tubuh saya lebih berisi, maka tubuh saya akan menjadi subur dan bisa melahirkan anak nanti.” Dan ternyata hal yang diyakini tidak muncul begitu saja, melainkan terbentuk karena adanya rangkaian kejadian.
Pada saat dia masih berpacaran dan dipertemukan dengan keluarga calon suaminya, ibu dari calon suaminya mengomentari bentuk tubuhnya yang ramping, dengan mengatakan, “Wanita yang ramping itu biasanya susah punya anak, yang berbadan montok lebih subur dan gampang punya anak.” Dan dia mengingat beberapa tantenya juga pernah mengatakan hal yang sama.
Saat dia mendengar hal ini dari tantenya, dia belum terpengaruh sama sekali. Dia menganggap hal ini hanya sebagai satu hal yang perlu diketahui. Namun informasi ini tersimpan di pikiran bawah sadarnya dan akan menjadi program pikiran saat mendapatkan informasi serupa lagi sehingga memperkuatnya lagi, apalagi jika kejadian berikutnya memicu perasaan tertentu seperti yang sedang dia alami saat dipertemukan kepada keluarga pacarnya. Beberapa emosi berkecamuk di sana, antara lain gugup dan kikuk, namun yang paling kuat adalah perasaan takut kehilangan pacar karena ibunya terdengar kurang menyukai gadis bertubuh ramping seperti dia. Baginya, ucapan ini terdengar seperti, “Kamu tidak cocok dengan anak saya, saya ingin menantu yang subur supaya anak saya punya keturunan. Sebaiknya kalian putus.” Di bawah ancaman kehilangan pacar, maka program “berbadan subur” pun dijalankan oleh pikiran bawah sadarnya.
Perlahan tapi pasti pola makannya berubah, demikian juga dengan bentuk tubuhnya, semakin subur. Sayangnya tidak diberi batasan syarat bentuk tubuh yang dikatakan subur itu berapa kilo? Karena tidak ada batasan maka terus bertambahlah berat badannya. Program dalam pikirannya itu tetap berjalan, meskipun dia telah punya beberapa anak. Dia mulai menyadari semua ini salah ketika berat badannya mencapai 101 kilogram.
Dengan ilustrasi dan contoh kasus di atas, sekarang Anda sudah bisa lebih memahami bahwa kebiasaan yang membuat tubuh gemuk itu tidak tumbuh dan menjadi penjajah begitu saja. Melainkan melalui rangkaian proses yang memiliki sumber atau akar utama berupa kejadian. Dengan ini artinya Anda sudah memahami langkah kedua - Memahami mekanisme terbentuknya sebuah kebiasaan - dan langkah ketiga - Menemukan kejadian yang menjadi awal (penyebab) kebiasaan -. Penjelasan lebih rinci tentang langkah ketiga ini akan dibahas pada artikel selanjutnya.
Kemudian yang terakhir adalah langkah keempat, yaitu: Memutuskan untuk tidak terpengaruhi lagi oleh penyebab tersebut. Apakah semudah ini? Seringkali, ya. Ketika seseorang sudah dengan sungguh-sungguh berniat untuk berubah, maka ketika dia mampu menemukan hal yang telah membuat dia menderita selama ini, maka mudah bagi dia untuk memutuskan tidak terpengaruh lagi oleh kejadian itu. Karena kejadiannya sudah berlalu dan pun sudah membuatnya menderita sekian lama. Zona nyaman dirasa benar-benar tidak nyaman lagi, sehingga tidak ada pilihan lain baginya selain keluar menuju zona baru yaitu sebuah perubahan.
Rasa sakit yang telah dia derita selama ini karena meyakini sesuatu yang tidak lagi berlaku telah membuatnya menjadi lebih bijaksana untuk segera bergerak meninggalkan masa lalu itu. Cara terampuh adalah dengan memaafkan setiap orang yang terlibat di kejadian itu. Mereka hanya ingin bahagia dengan cara mereka dan tanpa sengaja telah menyakiti dirinya. Memahaminya bahwa, itu adalah tindakan terbaik yang dianggap bisa membahagiakan, sesuai dengan tingkat kebijaksanaan di saat itu, lalu memaafkan diri sendiri atas hal itu.
Mulai melihat kejadian itu dari perspektif yang berbeda, sehingga perasaan yang muncul tidak lagi sama. Perasaan yang berbeda menberikan makna yang berbeda dan respon yang berbeda pula. Dengan demikian hal yang diyakini dan aturan yang dibuat menjadi berbeda, kebiasaan yang menjadi eksekutor dari rangkkaian proses itu secara otomatis juga berbeda. Ini semua akan memberikan hasil yang berbeda pula.
Jadi, jika Anda ingin merubah sebuah kebiasaan, lakukan empat langkah di atas.
Selamat menjadi penjelajah diri dan bertransformasi….
· Contoh kisah di atas sudah mendapat ijin untuk diceritakan
Dipublikasikan di https://quantumslimming.com/index.php?p=article&action=shownews&pid=257 pada tanggal 8 September 2015 22:10